Mengenja nama Pramoedya Ananta Toer, terasa ada yang lain. Amat mungkin, seketika kesadaran pembaca akan tergiring pada bayangan idiom "kiri", Marxis, atau yang semacamnya. Terlepas setuju dan tidak sengan sikap hidup atau ideologi Pram, setelah sekian lama diberangus hak-hak sipilnya, bolehlah melalui buku ini ia diberi kesempatan bicara. Sekalipun buku ini hanya bertutur tentang kenanganny…
Sebuah autobiografi yang cukup canti dan indah ditulis oleh Pram kepada naak-anaknya dan juag cerita jatuh bangunnya dalam klehiudpan dan rumahtangga. Dalam edidisi Bahasa Indonesia. Tapi ada edisi dalam Inggeris.
"...Kartini tidak punya massa, apalagi uang. Yang dipunyai Kartini adalah kepekaan dan keprihatinan dan ia tulislah segala-gala perasaannya yang tertekan itu. Dan hasilnya luar biasa, selain melambungkan nama Kartini, suaranya bisa terdengar sampai jauh, bahkan sampai ke negeri asal dan akar segala kehancuran manusia Pribumi..."